Sunday, June 3, 2007

Asal Usul FengShui

Dewasa ini ilmu Feng Shui / Hong Sui ( seterusnya akan ditulis : Hong Sui ) sepertinya telah menjadi buah bibir yang begitu semarak dibicarakan orang. Seminar Hong Sui yang digelar dari hotel ke hotel dengan pembicara para pakar lokal maupun yang sengaja didatangkan dari luar negeri, peliputan media cetak elektronik - yang juga berlomba mengangkat Hong Sui ke permukaan dalam rangka menaikan oplah / rating - sungguh semua itu menjadikan Hong Sui sebagai primadona yang banyak diminati orang.Berbicara soal asal usul Hong Sui, tak bisa tidak, haruslah membicarakan I Ching (Ya Keng) terlebih dahulu. Karena Hong Sui merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari I Ching / Ya Keng, yaitu sebuah Kitab Kuno China yang sangat termashyur, yang berisi tentang pelajaran Hakekat Perubahan dan dewasa ini telah banyak dialihbahasakan ke berbagai bahasa mancanegara. Kombinasi Pergerakan Pa Kua / Pat Kwa (Delapan Trigram), Perpaduan Yin & Yang serta transformasi Wu Xing / Ngo Heng (Lima Elemen) merupakan komponen inti yang dipakai dan dikembangkan sedemikian rupa untuk bisa mendalami filsafat I Ching / Ya Keng dan semua komponennya itulah yang juga menjadi bagian mendasar perhitungan Hong Sui.Kitab Perubahan (I Ching/Ya Keng) merupakan salah satu kitab kunoChina yang mengungkapkan tentang prinsip kebenaran tentang perubahan yang mencakup aspek perubahan alam dengan segala isinya, termasuk manusia tentunya.. I Ching / Ya Keng adalah karya klasikChina yang paling kuno dan terkenal, dimuliakan selama ribuan tahun sebagai tuntunan keberhasilan dan sumber kebijakan. Hampir semua filsafat kehidupanChina berakar dari kitab ini. Sebut saja, hakekat kegaiban pragmatis Tao Te Ching (Tao Tek Keng), kemanusiaan rasional Confucuis, dan strategi analitis dari seni berperang Sun Tzu bersumber utama dari Kitab Perubahan (I Ching/Ya Keng) ini.Konsep dasar I Ching / Ya Keng dikembangkan lebih dari 4900 tahun yang lalu oleh Raja Fu Xi / Baginda Hok Hie (2953 SM - 2838 SM) yang karena pengamatannya yang cermat dan seksama terhadap segala perubahan alam & bentuk-bentuk kehidupan termasuk setiap gerakan tubuh, menyimpulkan bahwa semua pergerakan / perubahan di alam semesta dengan segala isinya berubah mengikuti hukum kehidupan ( Hukum Alam / Li ). Dari hasil pengamatan & penelitiannya, - terutama setelah Fu Xi melihat ukiran peta di punggung Kuda Naga yang muncul dari Sungai Kuning - kemudian ditemukanlah konsep Delapan Trigram (Pa Kua / Pat Kwa) yang kemudian dikenal dengan Sien Thien Pa Kua / Sian Thian Pat Kwa atau PETA SURGAWI (Pat-kwa Awal). Sesuai dengan sebutannya, awalnya Pat-kwa ini lebih cenderung dipakai sebagai alat untuk menghitung / memprediksikan perubahan dan fenomena yang terjadi di alam ini.Trigram ini kemudian dibukukan oleh Pangeran Wen Wang / Bun Ong ( yang kemudian menjadi pendiri Dinasti Chou / Chiu ,1150-249 SM ) yang menyusunnya dalam bentuk Ho Thien Pa Kua / Ho Thian Pat Kwa atau PETA MANUSIAWI (Pat-kwa Lanjutan), lengkap dengan 64 Heragram ( 64 Permutasi )nya. Kuta-kura raksasa hitam yang muncul di Sungai Lo dengan angka ajaib di punggungnya - yang kemudian dikenal sebagai Peta Lo Shu - adalah sumber inspirasi utama yang mempengaruhi konsep PETA MANUSIAWI., maka dimulailah era dimana Pat-kwa dipakai sebagai alat memprediksi perubahan tingkah pola kehidupan manusia. Selanjutnya Khong Fu Zi / Khong Hu Cu (551-479 SM) menyempurnakan isi Kitab I Ching / Ya Keng ini dengan menambahkan Sepuluh Sayap I Cing / Ya Keng sebagai tafsir penjelasan dan mengembangkannya secara khusus sebagai sumber penghayatan hidup dan pendalaman kespiritualan ( moralitas dan kebijaksanaan ).Kaisar Qin Shi Huang Ti / Chin Se Hong Te (221-206 SM), pendiri Dinasti Qin / Chiu, yang berkuasa dengan singkat (hanya 13 tahun), tapi merupakan Kaisar lalim yang berkuasa dengan tangan besi, berhasil menyatukan China kembali setelah porak poranda karena perang campuh di akhir Dinasti Chou / Chiu. Kaisar inilah yang meninggalkan karya sejarah spektakuler, berupa dua buah keajaiban dunia, yaitu Tembok BesarChina ( Great Wall ) dan Terracota. Karena kelalimannya, kaisar ini pun memerintahkan untuk memusnahkan semua kitab-kitab yang tidak sesuai dengan misi kekaisaran Qin / Chin. I Ching / Ya Keng termasuk salah satu dari sedikit kitab yang berhasil diselamatkan.Di jaman dinasti Han ( dinasti yang berkuasa setelah Qin / Chin runtuh ) tercapai suatu pemerintahan yang rapih & tertib, semuanya teratur dengan baik. Di jaman ini I Ching / Ya Keng dikembangluaskan dan dipandang sebagai buku etika & metafisika disamping juga sebagai buku ramalan. Ajaran Khong Hu Cu pun naik daun bahkan dijadikan sebagai agama resmi negara dengan Lima Kitab Pegangan (Wu Ching / Ngo Heng) dimana salah satunya adalah I Ching / Ya Keng. Di jaman kejayaan Dinasti Han inilah, dibangun perlintasan Jalur Sutra yang sangat ramai dipakai sebagai jalur lalu lintas darat waktu itu, sebuah jalur untuk perdagangan luar negeri, yang menghubungkan China , India, Turki bahkan sampai ke Afganistan (makanya di Afganistan, yang praktis muslim, sempat ada 2 buah Patung Buddha nomor 2 tertinggi didunia, yang di hancurkan oleh Penguasa Taliban pada dasawarsa yang lalu). Jalur Sutra ini pulalah yang dipakai oleh para Bhikku / Bhiksu dari India masuk ke Daratan China membawa dan memperkenalkan Agama Buddha ke China, yang akhirnya agama ini membaur dengan agama pribumi di China yaitu agama Tao dan Khong Hu Cu , kemudian berkembang kembali keluar dari China sebagai agama Chinese Buddhism ( agama Hoa Kao / agama Sam Kao, yang di Indonesia lebih dikenal sebagai agama Kelenteng ) , dibawa oleh para Hoa-jiao / Hoa-kiao ( kaum Tiong-hoa perantauan ).Selama Dinasti Han, I Ching / Ya Keng dikembangkan secara resmi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan waktu itu, bahkan dijadikan sebagai pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh para Siu-cai ( Sarjana, red ) saat mengikuti ujian tingkat nasional kala itu. Kemudian berkembang jugalah I Ching / Ya Keng versi Buddhis dan Taoisme. Perpaduan pengembangan ini akhirnya menghasilkan teks standar I Ching / Ya Keng. Teks standar inilah akhirnya dijadikan standar para ilmuwan dunia dalam menelaah dan mempelajari I Ching / Ya Keng. Teks standar ini pulalah yang disusun dijaman Dinasti Tang pada lebih kurang Abad ke 7 Masehi, yang akhirnya memunculkan Ilmu Hong Sui.Pada zaman Dinasti Tang, praktek Hong Sui mulai diperkenalkan di China oleh Yang Yun Sang (sekitar 840-888 M) seorang Ahli Seni China Kuno waktu itu. Yang Yun Sang yang juga penasehat utama Kaisar Hi Tsang (888 M) - secara umum ia diakui sebagai Penemu Ilmu Hong Sui - meninggalkan warisan klasiknya berupa 3 (tiga) buah buku tentang Hong Sui. Bukunya, akhirnya selama beberapa generasi dikembangkan menjadi dasar-dasar ilmu Hong Sui, dan dikenal sebagai Hong Sui Aliran Bentuk yang mengacu pada penentuan letak Naga Hijau dan Macan Putih sebagai faktor penentu kedudukan Nafas Kosmis ( Qi / Chi / Energi Vital / Energi Pembawa Keberuntungan ). Ketiga buku klasik yang terkenal ini, menggambarkan praktek Hong Sui dengan metode perhitungan melaui metafora keberadaan Sosok Naga (yang dipercaya kalangan Tionghoa klasik sebagai lambang keberuntungan), terdiri atas :1. Han Lung Ching ( Seni Membangkitkan Naga )2. Ching Nang Ao Chih ( Metode Menentukan LetakGoa Naga )3. I Lung Ching ( Prinsip Mendekati Naga )Selanjutnya, Wang Zhi seorang Ahli Perbintangan yang hidup di jaman Dinasti Sung (? 960 M), memperkenalkan Hong Sui Aliran Kompas yang menekankan pada pengaruh planet terhadap kualitas baik buruknya suatu tempat / lahan / lokasi / bangunan. Wang Zhi juga meninggalkan warisan klasik berupa 2 (dua) buah buku Hong Sui yang kemudian diterbitkan oleh muridnya, Ye Shui Liang, berjudul :1. Prinsip Inti atau Pusat (Canon of the Core or Centre)2. Diskusi tentang Pertanyaan dan Jawaban.(Disquisitions on the Queries and Answers)Kemudian pada akhir abad ke 19, memasuki awal abad ke 20, kedua aliran yang tadinya berjalan sendiri-sendiri ini, berhasil digabungkan menjadi satu prinsip perhitungan Hong Sui yang saling mengisi dan berkaitan. Gabungan dari Aliran Bentuk dan Aliran Kompas inilah yang akhirnya terus dianalisa, dipelajari dan diperbandingkan dari generasi ke generasi.Pada umumnya, Aliran Bentuk memberi tekanan pada bentuk dan kontur tanah seperti wujud gunung-gunung, arah aliran sungai serta pengaruh dari letak garis Maca Naganya. Untuk mengamatinya membutuhkan pandangan intuisi yang tajam. Aliran ini menggunakan rumus perhitungan Naga Hijau dan Macan Putih sebagai tolok ukurnya. Meskipun teori simbol Naga Hijau & Macan Putih relatif mudah dipahami, tapi kenyataannya aliran ini sangat sulit dipraktekkan. Lain halnya dengan Aliran Kompas, metodenya sulit untuk dipelajari karena mencakup Pa Kua / Pat Kwa, Yin Yang dan Lima Elemen yang terbagi dalam Sepuluh Batang Langit ( 10 Elemen Langit ) dan Dua Belas Cabang Bumi ( 12 Shio ) serta Konstelasi Perbintangan yang ditimbulkan dari posisi letak planet-planet terhadap Bumi dan Matahari. Metode perhitungannya menjadi ruwet & menjelimet, membuat perumusannya menjadi sulit untuk dipahami. Tapi, jika metode aliran ini sudah dipahami, mempraktekkannya malah lebih mudah ketimbang Aliran Bentuk, karena metode Aliran Kompas ini memiliki standar acuan yang baku dan bersifat matematis ilmiah yang bisa dijabar-uraikan secara rinci dan logis.Namun pada perkembangannya kini, banyak juga para praktisi Hong Sui yang tergolong masuk aliran baru yang pada prakteknya hampir tidak mengacu pada kedua aliran induk diatas, yaitu Aliran Supranatural ( diistilahkan sendiri oleh penulis-red ) yang merupakan suatu aliran yang semata-mata hanya mengandalkan pada pentunjuk Sin Beng / Malaikat / Roh Halus tertentu atau Melalui Kekuatan Gaib / Mata Bathin ( Daya Linuwih ). Praktisi Hong Sui yang tergolong dalam aliran ini biasanya dikenal sebagai paranormal. Yang unik dari pengikut aliran ini adalah disamping mereka memiliki daya limuwih, praktisi Hong Sui tersebut ada juga yang sedikit mempelajari teori Aliran Bentuk & Aliran Kompas dan kemudian menselaraskan intuisi ke paranormalannya itu dengan akidah dari kedua aliran Hong Sui ini.Demikian tulisan ini, sekedar pengantar, untuk sedikit membantu memahami mengenai asal muasalnya ilmu Hong Sui. Ke depan nanti, jika memang diminati dan dirasakan perlu, saya akan mencoba menurunkan tulisan-tulisan lanjutannya, sekitar per-Hongsui-an yang dalam prakteknya hal ini sering kali selalu diidentikkan dengan Hoki atau Keberuntungan.Syukur-syukur tulisan ini bermanfaat, paling tidak untuk sekedar menambah warna dari Wikimu kita ini. Ya tho ! Okey deh, Salam Hoki untuk semua

Simbol Dan Angka Keberuntungan




Naga Keberuntungan.
Dengan memiliki daya fengshui yang cukup kuat.
Menggunakan Simboldan Angka Kemakmuran
Simbolisme adalah bagian penting dari feng shui. Pada zaman dahulu, nenek moyang mengkomunikasikan sesuatu yang tersirat maupun yang tersurat melalui simbol-simbol. Feng shui berhubungan dengan pengetahuan vital tentang tanda-tanda menguntungkan dan penggambaran dari bunga, buah dan pohon serta burung dan binatang. Semua eksiklopedia yang diterbitkan menjelaskan semua arti dari semua simbol.
Ada binatang langit yang dipercaya membawa keberuntungan sangat baik, mahluk yang keberadaannya hanyalah mitos dan berdasarkan legenda. Dalam feng shui, naga dan burung phoenix merupakan simbol yang hadir jika ada tanah datar dekat dengan lingkungan. Sedangkan macan dan kura-kura selalu dihubungkan dengan bukit dan gunung.
Jadi, jika ada tiga puncak yang terlihat dari rumah kita, ada anggapan tentang keberuntungan yang luar biasa bagi anak tetua laki-laki di dalam rumah. Tidak ada yang tahu apakah naga dan phoenix itu benar-benar ada. Sampai sejauh ini masyarakat China masih peduli, apakah hal tersebut berguna atau tidak. Mereka tidak terlalu memperdulikan. Yang penting adalah adanya simbolisasi tersebut, berwujud bukit dan gunung akan membawa keberuntungan yang baik.
Dalam kaitannya dengan simbolisme, dua aspirasi paling terkenal yang banyak ditemukan di rumah-rumah keluarga China adalah kemakmuran dan umur panjang. Untuk itulah, tiga Dewa Bintang-- Fuk, Luk dan Sau (Dewa Kekayaan, Kesehatan dan Umur Panjang) selalu ada. Ketiga dewa itu dipercaya membawa banyak sekali keberuntungan termasuk kemakmuran dan umur panjang.
Simbol-simbol dewa tersebut bisa dibeli di supermarket di mana saja. Namun yang perlu diingat bahwa mereka hanyalah simbolisasi saja, tidak untuk dewa dan dewi yang disembah. Dewa umur panjang --Sau-- hampir selalu digambarkan dengan dua simbol umur panjang lainnya yaitu rusa dan bunga peach. Pohon pinus juga merupakan simbol umur panjang lainnya, termasuk dalam lukisan gulung China.
Simbolisasi angka membawa dimensi tambahan dalam praktek feng shui. Bagi masyarakat Cina, khususnya, akan bertindak hati-hati jika menggunakan angka penting dalam bisnis dan kehidupan profesional. Mereka sangat memikirkan penggunaan angka-angka tersebut sehingga nomor telepon dan faksimili selalu diakhiri dengan angka menguntungkan 8 dan 9.
Angka 8 sangat menguntungkan. Bagi orang Canton, itu berhubungan dengan suara fonetik dari angka tersebut seperti tumbuh dalam kekayaan. Bahkan menurut numerologi Lo Shu dalam feng shui 8 adalah angka kaya yang berarti kemakmuran di masa yang akan datang.
Angka 9 adalah angka menguntungkan lainnya, bahkan dikatakan bahwa angka itu lebih menguntungkan dari angka 8 karena angka 9 menyimbolkan tentang kesempurnaan langit dan bumi. (Itu hanya berlaku bagi angka jika ditambahkan hasilnya 9, misalnya 9 kali 3 hasilnya 27, 2 ditambah 7 sama dengan 9. Lakukan itu dengan angka yang lain jika dikalikan dengan 9 hasilnya ...). Oleh karena itu, angka tidak bisa dimanipulasi.
Masyarakat Cina juga tidak melupakan angka 7 sebagai angka yang sangat menguntungkan karena menurut kalender Cina, sampai tahun depan kita akan melalui periode angka 7. Periode itu sampai dengan tahun 2003 yang kemudian akan berganti ke periode angka 8. Setelah tahun 2003, angka 8 akan menjadi angka yang keberuntungannya berlipat dua kali.
Kombinasi dari angka 7,8 dan 9 dalam berbagai konfigurasi sangat-sangat dijunjung tinggi. Pengecer Cina senang memberi harga barang mereka diakhiri dengan angka 8 seperti Rp 199.980 atau Rp 29.999. Mereka percaya itu membawa keberuntungan baik bagi pembeli maupun penjual.
Sementara itu, angka 4 dianggap tidak menguntungkan. Segala sesuatu yang diakhiri dengan angka itu mengatakan kematian, kerugian dan masalah. Jadi, tingkat 14 gedung multi toko berkonotasi membawa kemalangan bahkan lebih menderita dibandingkan dengan angka barat 13 (secara insidental dianggap menguntungkan bagi masyarakat Cina).
Rumah dengan nomor 4 biasanya sulit dijual. Sementara itu apartemen di tingkat 4 sangat tidak populer. Namun yang sangat menarik disini adalah bahwa 44 dan 48 dianggap sangat-sangat menguntungkan. Itu karena angka 4 dua kali bila ditambahkan berjumlah 8 menguntungkan. Sementara itu, angka 48 masih termasuk beberapa angka 8 yang menguntungkan.